Karyawan PTPN2 mempertahankan lahan kebun mereka dari mafia tanah. |
Tamora, metrokampung.com
Perbuatan mafia tanah di Sumatera Utara untuk menguasai lahan Hak Guna Usaha (HGU) PT Perkebunan Nusantara II (PTPN 2) dengan memanfaatkan warga masyarakat mulai terbongkar. Salah satu di antaranya adalah gugatan warga atas lahan HGU No 62 Kebun Penara.
Menurut keterangan sejumlah warga dari desa di sekitar Kebun Penara, upaya untuk menguasai lahan HGU PTPN 2 memang sudah direkayasa sejak awal sebelum gugatan dimajukan ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.
Diungkapkan warga, Tahun 2011 mereka yang sama sekali tidak tahu menahu soal lahan Kebun Penara dikoordinir oleh oknum berinisial “M” dengan iming-iming akan mendapat lahan seluas 2 hektar bernilai Rp 1,5 Milyar. Mereka pun diminta mengumpulkan KTP dan KK dan akan disatukan dengan kelompok Rokani dkk.
Dari beberapa kali pertemuan yang terjadi terungkap adanya oknum “AS” yang menjadi motor sekaligus pemodal untuk berbagai keperluan sampai uang saku yang diberikan kepada warga antara Rp 100 ribu hingga Rp 2 juta
“Semua pemberian uang tersebut lengkap dengan kwitansi yang dibuat, M,” ujar salah seorang warga Desa Bangun Sari Baru.
Salah seorang warga yang dilibatkan dalam kelompok ini, sempat protes karena nama orang tuanya dalam Kartu Keluarga (KK) diubah oleh oknum “M”.
Diduga pergantian tersebut ada kaitannya dengan Surat Keterangan Tentang Pembagian Tanah Sawah Ladang yang sebelumnya sudah dikumpulkan sebagai salah satu bahan untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.
Ketika kasus HGU Penara diputus di tingkat Kasasi Mahkamah Agung dan Rokani dkk dinyatakan menang dalam gugatan lahan seluas 464 hektar, sejumlah warga kembali dikumpulkan di sebuah kantor Notaris untuk membuat surat kuasa dan dijanjikan dana sebesar Rp 300 ribu. Namun puluhan warga yang namanya dicatut dengan iming-iming mendapat lahan seluas 2 hektar senilai Rp 1,5 Milyar menolak. Sebab mereka mulai mencium adanya gelagat pembohongan yang dilakukan M dan AS. Mereka sama sekali tidak pernah mendapatkan apa yang dijanjikan sejak awal.
Sejak itulah kasus lahan Kebun Penara mulai terungkap ke permukaan. Belasan warga yang namanya dicatut untuk ikut melakukan gugatan, seolah-olah memiliki lahan seluas 2 hektar di Kebun Penara mulai mengungkapkan permainan di balik upaya untuk menguasai lahan yang sampai saat ini masih berstatus HGU aktif seluas 533 hektar di Kecamatan Tanjung Morawa, di sekitar Bandara Kuala Namu itu.
Menurut keterangan, belasan nama warga yang namanya tercatat sebagai pihak yang melakukan gugatan terhadap lahan Kebun Penara, siap mengungkapkan nama-nama oknum yang diduga “mafia tanah” di balik gugatan terhadap lahan Kebun Penara.
Sementara PTPN2 juga sudah mengajukan PK (Peninjauan Kembali) terhadap kasus lahan Kebun Penara dengan sejumlah bukti-bukti baru (novum) yang akan diajukan ke Mahkamah Agung. Sebab, menurut Kuasa Hukum PTPN2, Hasrul Benny Harahap, banyak kejanggalan yang ditemukan dalam nota putusan Mahkamah Agung yang memenangkan gugatan Rokani dkk atas lahan Kebun Penara tersebut.
“Kita akan ajukan bukti-bukti baru itu agar persoalannya bisa terungkap dengan jelas, termasuk adanya dugaan mafia tanah berada di belakang kasus ini,” ujarnya.(rel/dra/mk)