Simalungun, Metrokampung.com
Warga Tiga Dolok Marga Sinaga (62) menerangkan puluhan tahun terakhir, pemukiman warga di tepi Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Parapat antara wilayah Nagori (Desa) Bandar Dolok dan Nagori Tiga Dolok Kecamatan Dolok Panribuan kerap dilanda banjir dari luapan air saluran irigasi induk sekitar badan Jalinsum Parapat.
Selain itu, kata Sinaga, sejumlah masyarkat di Nagori Tiga Dolok dan Nagori Bandar Dolok selalu resah karena saluran irigasi induk kerap meluap dan banjir ke pemukiman warga hingga merusak tanaman padi, bangunan saluran irigasi dan menganggu kenyamanan pengguna Jalinsum Parapat, baik dari Kawasan Super Prioritas Pariwisata Nasional Danau Toba, khususnya saat musim penghujan.
Sinaga menjelaskan, sebelumnya wilayah Kecamatan Dolok Panribuan yang berbatasan dengan Hutan Register II Batu Siloting sebagai sumber air dan berfungsi untuk mengontrol resapan air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bah Pogos dan Bah Kasindir tidak pernah banjir namun, setelah perubahan fungsi hutan menjadi tanaman HTI dan diduga akibat penebangan pohon maka wilayah Tiga Dolok saat ini selalu dilanda banjir dan kering di musim kemarau.
"Pada tahun 1985, Hutan Rigister II Batu Siloting masih perawan dan sebagai sumber dan resapan DAS Bah Pogos dan Bah Kasindir berfungsi dengan baik mendistribusikan kebutuhan air untuk lahan pertanian sawah di Kecamatan Dolok Panribuan dan Kecamatan Jorlanghataran melalui dua unit bendungan induk.
Di Wilayah Kecamatan Dolok Panribuan, namun setelah perubahan fungsi hutan ke HTI dan dinilai minimnya pengawasan penebangan pohon di sekitar DAS selama ini sehingga dampaknya banjir dari saluran irgasi induk," ujarnya.
Dirinya berharap kepada pemerintah untuk mengembalikan fungsi hutan Register II Batu Siloting menjadi hutan lindung dan mereboisasi DAS Bah Pogos dan Bah Kasindir sehingga resapan dan tangkapan air kembali berfungsi dengan baik dan banjir dapat teratasi.(ss/mk)