Cuaca gelap gulita menerpa langit Danau Toba, Diduga Atas Program Modifikasi Cuaca PT. Inalum (Persero). |
Toba, metrokampung.com
Aktivis muda Sumatera Utara asal Porsea James Trafo Sitorus, ST kembali menegaskan, jika pantauan dan pengamatan terkait Teknologi Modifikasi Cuaca pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, bahwa Pesawat Kapal Terbang yang dipergunakan PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) joint BRIN guna melakukan penyemaian garam (NaCl) dan bahan-bahan Kimia Berbahaya meraung-raung diatas langit Danau Toba pada siang Selasa sekira Pukul 13 menit 19 WIB, Selasa (15/11/2022).
Lintasan penyemaian tepat berada diatas Pantai Pasific Porsea, Pasir Putih Parparean, Sitoluama Laguboti hingga ke Janji Matogu Kecamatan Uluan. Pesawat pengangkut garam (NaCl) dan bahan-bahan kimia selanjutnya mengarah ke Kota Balige.
Pada pukul 13 . 53 WIB hujan pun turun dari arah Pegunungan Silangit. Stimulan mendatangkan hujan buatan pasti diawali dari Puncak Huta Ginjang dan Desa Sitanggor Kabupaten Tapanuli Utara, kemudian lanjut ke Desa Meat Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba.
Siklus arah angin pada jam tersebut sangat jelas dengan pandangan mata, sebab ombak Danau Toba dari Tarabunga Balige (Selatan) mengarah ke Porsea (Timur). Gelombang keras ombak Danau Toba yang mengarah ke Porsea biasa disebut "Alogo Laut" oleh masyarakat sekitar.
Gelombang keras ombak Danau Toba dari arah Bakkara Kabupaten Humbang Hasundutan lazim disebut "Alogo Lubis" sedangkan Gelombang Ombak Danau Toba yang sangat ekstrem datang dari arah Tao Silalahi yang disebut "Alogo Bolon".
Ilustrasi. |
Ketiga nama gelombang ombak Danau Toba yang secara kearifan lokal suku Batak Toba dinamai Alogo Laut, Alogo Lubis dan Alogo Bolon sangat erat kaitannya dengan siklus Kilimatologi dan analisis Meteorologi. Selanjutnya data Informasi standar BMKG tentang prakiraan cuaca diolah BRIN untuk pemodelan Teknologi Modifikasi Cuaca di atas langit Danau Toba.
Awan tebal yang sudah terkonsentrasi akan menjadi hujan buatan dan tepat turun di Daerah Tangkapan Air, target INALUM mesti surplus energi hidro tanpa memperdulikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekawasan Danau Toba termasuk Anomali Cuaca serta Ancaman Bencana Hidrometeorologi.
Schedule/Jadwal Rekayasa Cuaca PT. Inalum Periode Pertama sangat berdekatan dengan Banjir dan Bencana Longsor di Kecamatan Parapat Kabupaten Simalungun. Data PT. Inalum (Persero) dan BPPT menunjukkan penyemaian garam dan bahan-bahan Kimia Berbahaya di atas langit Danau Toba pada Bulan April 2021, satu bulan pasca rekayasa cuaca PT. Inalum terjadi malapetaka Bencana Hidrometeorologi di Parapat pada tanggal 13 Mei 2021.
Kemudian Schedule/Jadwal Rekayasa Cuaca PT. Inalum Periode Kedua sangat berdekatan dengan Banjir Bandang yang sangat berbahaya di Desa Silombu dan Desa Lumban Sakkakalan Kecamatan Bonatualunasi Kabupaten Toba.
Sebagaimana Data PT. Inalum joint BRIN dan BPPT pada rilis Teknikal Rekayasa Cuaca Periode Kedua berakhir pada pertengahan Bulan Desember 2021, sekitar dua Minggu setelah akhir TMC PT. Inalum terjadi Malapetaka Bencana Hidrometeorologi dan Anomali Cuaca di Kabupaten Toba pada tanggal 1 dan 2 Januari 2022.
Selanjutnya, pada tanggal 13 Oktober 2022 PT. Inalum dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan sosialisasi Teknologi Modifikasi Cuaca di Kawasan Danau Toba, satu pekan setelah audiensi rekayasa cuaca dengan para Stakeholder langsung berentet terjadi Anomali Cuaca.
Hal ini telah menimbulkan segudang tanda tanya karena pertemuan itu terkesan ditutup-tutupi dan telah terjadi Anomali Cuaca khususnya di Kabupaten Toba dan umumnya Se-KDT. Indikasi Anomali sudah sangat jelas, semenjak TMC Periode Ketiga sampai tertanggal 15 November 2022 suhu Temperatur Lingkungan di Kabupaten Toba rata-rata 16 derajat Celcius pada Pukul 4 . 00 WIB, 18 derajat Celcius pada Pukul 6 . 00 WIB dan 22 derajat Celcius pada Siang hari.
Selain udara dingin juga disertai hujan ringan yang panjang. Saat ini warga Toba sedang mengalami Cuaca Buruk dan sudah mulai menganggu Kesehatan Masyarakat, fenomena ini sangat erat kaitannya akibat TMC PT. Inalum.
Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) diarahkan menjadi salah satu solusi permanen pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Teknologi rekayasa cuaca yang dahulu dikenal sebagai teknologi hujan buatan ini bagian dari upaya pencegahan Karhutla dengan cara pembasahan gambut dan ketersedian air ketika musim kemarau yang mengancam kekeringan, "hal ini di-utarakan James Trafo Sitorus, ST pada konferensi persnya Selasa di Pantai Pasific Wisata Porsea, Selasa (15/11/2022)
Pada pelaksanaannya TMC membutuhkan sinergitas beberapa instansi, seperti KLHK, BPPT, BMKG, BNPB dan TNI AU. Kedepan diungkap James Sitorus, sinergitas antar instansi dan stakeholders akan diperkuat menjadi sistem yang bekerja secara otomatis tanpa perlu adanya permintaan TMC.
Untuk di-ketahui, "jika ambisi Manajemen PT. Inalum sejak di-Nasionalisasi BUMN, bahwa opsi rekayasa cuaca melalui Teknologi Modifikasi Cuaca, tidak terlepas dari gagalnya Program Jangka Panjang PT. Inalum (Persero) melaksanakan Konservasi Penghijauan Daerah Tangkapan Air Danau Toba.
Melestarikan alam dengan penanaman pohon pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba adalah program baku melalui iuran Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air, akan tetapi, tata kelola konservasi dan penghijauan tidak konsisten diimplementasikan PT. Inalum (Persero) dan PJT I sebagaimana perintah (UU No. 17/2019 SDA) tentang sumber daya air.
"Ketika peluang sustainability tidak equvalent terhadap keberhasilan Konservasi Penghijauan maka PT. Inalum (Persero) akan mengambil jalan pintas melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca sebagai jalan pintas guna mengamankan Permukaan air Danau Toba pada titik Elevasi normal.
Usaha mencapai Elevasi normal Permukaan Air Danau Toba sebagai Energi Hydro Pembangkit Listrik Tenaga Air melalui Manajemen Water PT.Inalum (Persero) telah menggoreskan luka, kepedihan, trauma, dan kerugian material dan juga penderitaan bagi masyarakat korban Bencana Hidrometeorologi tahun lalu (2021).
Keberhasilan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk menaikkan Elevasi Danau Toba adalah "upaya mencapai titik maksimum". Sangatlah merugikan masyarakat karena Danau Toba serta daratannya adalah ekosistem mahluk hidup Manusia, tumbuh kembang mahluk hewani, keanekaragaman hayati dan habitat biota danau air tawar.
Guna meningkatkan Elevasi Danau Toba segaris dengan Produksi Power Plant Kapasitas 603 MW dan Produksi Smelter Plant Kapasitas 225.000 per tahun sesuai rancangan pemilik awal Konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA) semestinya tidaklah berpatokan pada TMC.
Dibalik bencana akibat modifikasi cuaca yang merugikan masyarakat pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba itu, PT. Inalum (Persero) berhasil menaikkan permukaan air Danau Toba secara perlahan hingga Elevasi sekira 904 mdpl.
Pada Intinya James Sitorus, ST dan Edison Marpaung, SH memohon kepada Manajemen PT. Inalum (Persero) agar segera menghentikan rekayasa cuaca di Kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba karena telah berdampak buruk pada sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Menanggapi Teknologi Modifikasi Cuaca PT. Inalum (Persero) Pejabat teras Pemkab Toba yang tidak berkenan di tuliskan namanya menyatakan, jika manajemen PT. Indonesia Asahan Aluminium Persero tengah kewalahan terhadap kritikan yang saat ini sedang bergejolak terkait program Konservasi, Reboisasi dan Modifikasi Cuaca yang saat ini sedang berlangsung.
Dirinya juga menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Toba tengah berkoordinasi dan akan segera menjadwalkan pertemuan guna merumuskan dampak-dampak serius dengan lingkungan dan ekosistem "ungkapnya". (rel/mk)