Pelatihan Jurnalistik di SMKN 1 Tg. Pura : Jurnalis Itu Profesi Yang Mulia, Tapi Banyak Dinodai Oleh Para Oknum Yang Mengaku Wartawan

Editor: metrokampung.com
Foto bersama seusai acara (pelatihan)

Langkat, Metrokampung.com
Pelatihan jurnalistik digelar di SMKN 1 Tg. Pura, dengan menghadirkan Ketua PWI Langkat, M. Darwis Sinulingga sebagai narasumber, Kamis (4/1/2024). Dalam sambutannya, Kepala SMKN 1 Tg. Pura, H. Heriyus Lubis, MPd menegaskan, pelatihan itu ditujukan untuk para siswa/ siswi agar mengerti dan faham apa itu wartawan dan bagaimana menjadi wartawan yang hebat dan profesional.
     
"Karena itu, simak baik- baik apa yang disampaikan narasumber. Selanjutnya, silahkan bertanya, sehingga kehadiran kalian di sini benar- benar bermanfaat untuk menambah olmu pengetahuan kalian," ujarnya.
Kepala SMKN 1 Tg. Pura mengaku tetap melayani dengan baik para wartawan, walaupun kerap 'diganggu'. 

Sedangkan narasumber, M. Darwis Sinulingga dalam paparannya  menegaskan, jurnalis itu profesi yang mulia, tapi sayang banyak dinodai oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengaku- ngaku sebagai wartawan.
       
Buktinya, ada yang semula  tukar parkir tiba- tiba jadi wartawan.  Ada juga tukang buah atau pedagang keliling, tiba- tiba jadi wartawan. 
       
"Lalu, merekapun  'mengganggu' kesana- kemari. Pak kepala Sekolah saja mengaku resah, karena kerap 'diganggu' oleh mereka yang sering datang ke sini. Saran saya, jangan lagi dilayani, kalau perlu dilaporkan saja kepada pihak yang berwajib kalau memang mengganggu,"ujarnya.
Para peserta saat mengajukan pertanyaan kepada narasumber. 

Uniknya, sambung Darwis lagi, kepala sekolah tetap melayani dengan baik para wartawan, walaupun kerap diganggu.

Lebih lanjut, Darwis pun menambahkan, tugas dan tanggungjawab wartawan itu besar dan berat. Sebagai contoh, ada perang di Ukraina atau di Palestina, bisa diketahui publik karena kerja wartawan. 
       
"Jadi, publik jadi tahu dan cerdas, itu karena wartawan," ujarnya.
      
Nah, terkait dengan maraknya media sosial saat ini, Darwis pun meminta agar masyarakat cerdas dengan tidak ikut- ikutan  menyebarluaskan berita hoax dan konten- konten pornografi dan kekerasan. Jadi, boleh menggunakan media sosial, seperti IG, Fb, WA, tiktok, twiter dan lain- lain, tapi jangan salah kaprah dengan melanggar ITE.
       
"Karena itu, kalian pun harus bisa membedakan antara berita hoax dan berita  'pepesan kosong' yang biasa ada di media sosial dengan berita sebagai karya jurnalistik. Kalau karya jurnalistik dilindungi oleh Undang- undang, jadi tidak perlu takut. Sedangkan berita hoax itu tidak jelas isi dan sumber beritanya, kebanyakan hanya isu, sehingga disadari atau tidak, justru menyesatkan," ujarnya.

Jadi, bagaimana berita yang baik dan benar itu ? Darwis pun menegaskan, berita itu ditulis oleh wartawan yang profesional dan berkompeten dan harus dilengkapi dengan cek and ricek atau konfirmasi.
       
"Jadi, kalian harus pelajari pula tentang wartawan yang profesional dan berkompeten itu apa dan  bagaimana ?" ujarnya seraya menjelaskan apa itu UKW, apa itu PWI, apa itu embargo, apa itu hak jawab dan apa pula arti dari istilah 'of the record' dan konfirmasi.
       
"Jadi, manakala kalian jadi wartawan, jadilah wartawan yang santun, beretika dan profesonal," pungkasnya. 

Menariknya, apa yang disampaikan narasumber, mendapat tanggapan yang positif dari para peserta. Buktinya, banyak yang bertanya dalam sesi tanya- jawab, tapi semuanya bisa dijawab dengan baik oleh narasumber. (BD)
Share:
Komentar


Berita Terkini