Oknum Guru Honor SMP Negeri 1 STM Hilir Ditolak Hadir di Rumah Siswa Dihukum Squad Jump

Editor: metrokampung.com
Teman-teman korban dan guru SMP Negeri 1 STM Hilir mendatangi rumah duka. Namun pihak keluarga menolak kehadiran guru honor yang menghukum korban squad jump 100 kali.

STM HILIR, metrokampung.com
Oknum guru honor agama Kristen SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Selly Winda Hutapea yang dituding memberikan hukuman squad jump 100 kali kepada Rindu Syahputra Sinaga (15) hingga mengakibatkan tewasnya murid kelas IX SMP tersebut ditolak hadir di rumah korban.

Penolakan itu terjadi saat Kepala Sekolah (Kasek) SMP Negeri 1 STM Hilir Suratman beserta sejumlah guru dan anak didik serta oknum guru honor agama Kristen mendatangi rumah Rindu Syahputra di Dusun I Desa Negara Beringin Kecamatan STM Hilir, Kamis (26/9/24).

Kedatangan mereka hendak melayat ke rumah duka untuk menyampaikan ucapan belasungkawa.


Informasi diperoleh menyebutkan, sebelum ke rumah duka pihak sekolah lebih dulu meminta izin kepada perwakilan keluarga.

Namun pihak keluarga Rindu Syahputra menolak kehadiran oknum guru honor agama Kristen yang datang bersama rombongan.
"Pihak sekolah sudah datang ke rumah duka. Selain melayat juga menyampaikan. turut berduka cita. Tujuan mereka juga mau klarifikasi kabar yang sedang beredar. Namun pihak yang berduka melarang klarifikasi jangan disampaikan di sana. Begitupula dengan oknum guru yang diduga pemicu meninggalnya almarhum dilarang ikut bergabung guna melayat di sana,"jelas Ginting, salah satu kerabat korban, Kamis (26/9/24) sore.

Sementara Kasek SMP Negeri 1 STM Hilir, Suratman mengaku kecolongan dengan perbuatan anak buahnya.

"Dia (Selly Winda Hutapea) menggantikan guru agama Kristen yang telah pensiun  tahun lalu. Tinggalnya sekampung dengan anak didik yang meninggal itu. Memang guru honor di sekolah kita ini semua warga dekat-dekat sekolah,"jelas Suratman saat dikonfirmasi.

Ditambahkannya bahwa guru honor tersebut telah mengakui perbuatannya. 

"Tidak sekaligus squad jump 100 kali tapi dilakukan bertahap. Kek mana pun tetap salah dan gak dibenarkan hukuman fisik kepada peserta didik,"ungkap Suratman.

Disebutkan kasek lagi, anak didiknya Rindu Syahputra masih masuk sekolah sampai Jumat (20/9/24).

"Hari Sabtu dan seterusnya tidak masuk sekolah lagi. Sampai saya mendapat kabar dia (Rindu) meninggal dunia,"beber Suratman yang mengaku sedih dengan meninggal anak didiknya tersebut. 

Diberitakan sebelumnya, usai menjalani hukuman 100 kali squad jump, sepulang sekolah Rindu mengeluh tidak enak badan kepada ibunya. Ia juga menceritakan kepada ibunya soal dipaksa melakukan squad jump 100 kali oleh gurunya, Kamis (19/9/24) lalu.

Oleh ibunya, Rindu dibawa berobat ke Klinik Mayen di Desa Limau Mungkur Kecamatan STM Hilir.

Meski telah berobat, namun  kesehatan Rindu tidak kunjung membaik.

Korban tetap mengeluh sakit di sekujur tubuhnya. Badannya lemas tidak bertenaga.
Karena kondisinya terus memburuk, Rindu Syahputra kemudian dilarikan keluarganya ke RSU Sembiring Delitua, Kamis (26/9/24) sekira pukul 01.00 wib dini hari. 

Beberapa jam mendapat perawatan intensif dari petugas medis rumah sakit swasta tersebut, Rindu Syahputra Sinaga dinyatakan meninggal dunia.(ren/mk)
Share:
Komentar


Berita Terkini