Secanggang, Desa Yang Kaya Dengan Sejarah dan Budaya

Editor: metrokampung.com

Langkat, Metrokampung.com
Secanggang adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Langkat yang kaya dengan sejarah dan budaya. Dengan luas 223,27 km2 dan penduduk 77,822 jiwa, kecamatan ini dibagi ke dalam 16 desa dan 1 kelurahan, salah satunya adalah Desa Secanggang yang memiliki luas 1.653 ha dan 6.727 jiwa penduduk.
       
"Selamat datang kami ucapkan kepada para pengurus PWI Kabupaten Langkat dan terima kasih karena sudah menjadikan Desa Secanggang sebagai kunjungan yang pertama di Kecamatan Secanggang bersama program KELANA," ujar kepala desa T. Syaiful Anhar dalam sambutannya saat bincang- bincang dengan tim konten Youtube KELANA, Jumat (27/12/2024) yang lalu.
Rumah Datuk Secanggang, di Desa Secanggang

Masjid Aziziyah

KELANA adalah program konten youtube yang dijalankan PWI Kabupaten Langkat,  singkatan dari KEliling LAngkat Ni ceritanyA. Jadi, konten ini  mengungkap cerita, sejarah dan potensi yang ada dari desa- desa yang ada di  Kabupaten Langkat.
       
Nah, saat bincang- bincang tersebut, kepala desa didampingi oleh sekretaris desanya, Syahyuni, Ketua BPD Usman, SPd, Ketua LPMD  Syaiful Amri, Ketua Lembaga Kesenian 'Ibunda Bertuah' Khalid, dan Manager Brigade Pangan, OK. Husni Imran.

Adapun yang dibahas antara lain tentang profil Desa Secanggang, sejarah awal mula berdirinya Desa Secanggang,  pelestarian adat dan budaya serta ditus- situs sejarah dan budaya yang ada, seperti rumah Kedatukan Secanggang, rumah Datuk Amar yang terbakar dan Masjid Aziziyah. Selain itu program ketahanan pangan dan pengembangan wisata yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Datuk Secanggang dan Masjid Aziziyah
Di masa Kesultanan Langkat, Secanggang termasuk ke dalam luhak Langkat Hilir. Pada saat itu, Secanggang dipimpin oleh  seorang Datuk yang bernama OK Alang Ahmad Munawar bergelar Datuk Lelawangsa. 
       
Rumah Datuk Secanggang berada tak jauh dari tepian Sungai Secanggang yang bermuara ke laut lepas dan di sebelah kiri rumah Datuk Secanggang terdapat Musholla Asyiah Achmad Munawar.
      
Sementara itu, Masjid Raya Aziziyah Secanggang didirikan pada tahun 1908 M/ 1322 H oleh Sultan Langkat  pada masa itu, yaitu Sultan Musa dan diteruskan oleh anaknya, Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmadsyah. Jadi, kalau di kota Tanjung Pura didirikan Masjid Azizi, di Secanggang didirikan Masjid Aziziyah.
       
Pengamat politik, ekonomi dan pembangunan, M. Yunus (54) berharap, situs sejarah itu biss  dijaga dan dilestarikan. Harapan itu disampaikannya kepada Metrokampung.com, di Stabat, Senin (6/1/2025).
       
"Ya, kita tentu berharap agar peninggalan sejarah ini dijaga dan dilestarikan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat. Karena itu harus ada perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat agar situs sejarah ini bisa menjadi objek wisata sejarah yang menarik di Kabupaten Langkat," ujarnya. (BD)
Share:
Komentar


Berita Terkini