Pantai Labu, Metrokampung.com
Ratusan masyarakat Tionghoa dari berbagai daerah melakukan kegiatan atau perayaan Ceng Beng (sembahyang kubur), Minggu (30/3/2025) tampak padati perkuburan Tionghoa Damar Pulo Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
Ceng Beng merupakan sebuah tradisi merupakan bentuk perwujudan penghormatan masyarakat Tionghoa kepada leluhurnya serta melambangkan harapan baik.
Menurut salah seorang penziarah asal Medan yang tak mau di sebut namanya mengatakan Ceng Beng memiliki arti terang benderang yang kemudian disimbolkan dengan berziarah ke makam leluhur dan mendoakan agar mendapat cahaya hidup bagi anggota keluarga yang masih ada.
Ziarah kubur atau Ceng Beng ini sendiri telah ada dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M). Yaitu sekitar 2.500 tahun yang lalu. Konon diawali dengan upacara ziarah kubur para kaisar dan jenderal Tiongkok kuno yang belakangan menjadi salah satu festival penting dalam budaya Tiongkok.
Pada saat Perayaan Ceng beng ini masyarakat Tionghoa khususnya mereka yang dari perantauan pulang kampung berziarah ke makam leluhur dan keluarga.
Juga melakukan beberapa kegiatan seperti membersihkan makam, membakar kertas, membawa bunga untuk ditabur, serta meletakkan persembahan sebagai ungkapan terima kasih dan hormat kepada anggota keluarga yang telah meninggal.
Kegiatan ritual dimulai dengan membersihkan kuburan atau pendem yang biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Ceng Beng. Puncak kegiatan dilaksanakan pada tiap tanggal 5 April kalender Masehi.
Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, agar hubungan semakin erat terjalin.
Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar tengok ke makam orang tua.
Ziarah ke kuburan orang tua tidak ada hubungannya dengan ‘memuja setan’. Semua bisa menyesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa jika sudah masuk agama tertentu, sudah tidak perlu pai/sembahyang ataupun sekedar untuk datang ke kubur orang tua, karena akan dianggap berhala dan sebagainya, katanya.(Lubis/MK)